Tolong ... Aku Jenuh Di Sini
Haaaah!
Adi terbangun dengan sekujur tubuh gemetar dan bermandi keringat! Untuk kesekian kali, mimpi itu kembali menghantuinya. Begitu terasa nyata terekam dalam pikiran.
Tidak mungkin! Tidak mungkin itu Ida! Ida telah meninggal! batin Adi coba membantah. Kembali terpampang jelas di matanya mimpi yang baru saja menghantui. Adi melihat Ida terperangkap dalam sebuah kotak kayu. Tangan, kaki, leher dan badannya terikat kuat pada kotak kayu itu. Dan tali temali yang mengikat anggota tubuhnya itu, adalah ular-ular mengerikan beraneka jenis! Ida merintih dalam tangisan sedih. Beberapa kali mencoba membebaskan diri. Namun sia-sia. Gaun putih yang ia kenakan, nampak compang-camping serta kotor bernoda tanah bercampur darah!
"Adiii ... tolong akuu .... Aku ingin keluuaar! Bebaskan akuu, Adiii! Aku jenuh di siniii!" isak Ida merintih.
Tangannya yang terlilit seekor ular phyton, mencoba menggapai ke arah Adi. Meminta bantuan. Namun dengan cepat ular itu mematuk punggung tangannya. Menggigitnya dalam-dalam. Hingga darah mengalir. Membuat jemari Ida menjadi merah. Ida menjerit nyaring! Namun tangannya yang kini berlumuran darah, tetap coba menggapai ke arah Adi.
"Toloong, Adiii! Bebaskan akuuu! Tolooong!" jeritnya tertahan.
Adi terpana, tak tahu mesti berbuat apa.
"A ... apa? Ba ... bagaimana ... aku bisa ... menolongmu ...?" ucapnya bingung.
"Darah, Adiii! Darah akan mengusir ular-ular iniii! Darah akan membebaskankuuu!" seru Ida keras.
"Da ... darah? Darah ... apa? Siapa ...?"
"Siapa sajaaa! Kalau perlu ... darahmuuu!" sahut Ida.
Adi tercekat!
"Da ... darah ... ku? Ta ... tapi ...?"
"Kau masih cinta aku, kaan? Adiii .... Katakan ... bahwa kau masih mencintaikuuu!" suara Ida terdengar menuntut.
"I ... iya. Aku ... masih mencintaimu ..."
"Berkorbanlah untukku, Adiii! Bebaskan aku dengan darahmuuu! Toloong ... aku jenuh di siniii!" Ida mengerang parau.
"Ta ... tapi ...."
"Tak ada tapiii, Adiii! Bebaskan akuuu! Bila kau memang cintaaa! Kasihani kekasihmu ini, Adiii!"
"A ... aku ... aku ...." Adi tergagap kebingungan.
"Tolong akuuu, Adiii! Tolooong!" seruan Ida semakin keras dan parau. Tangannya terus berusaha menggapai Adi. Tangan yang merah berdarah itu, semakin lama semakin memanjang. terus memanjang ... hingga menjangkau wajah Adi!