Dropdown

Kamis, 05 Januari 2017

Tolong .... Aku Jenuh di Sini

Tolong ... Aku Jenuh Di Sini
Haaaah!
Adi terbangun dengan sekujur tubuh gemetar dan bermandi keringat! Untuk kesekian kali, mimpi itu kembali menghantuinya. Begitu terasa nyata terekam dalam pikiran.
Tidak mungkin! Tidak mungkin itu Ida! Ida telah meninggal! batin Adi coba membantah. Kembali terpampang jelas di matanya mimpi yang baru saja menghantui. Adi melihat Ida terperangkap dalam sebuah kotak kayu. Tangan, kaki, leher dan badannya terikat kuat pada kotak kayu itu. Dan tali temali yang mengikat anggota tubuhnya itu, adalah ular-ular mengerikan beraneka jenis! Ida merintih dalam tangisan sedih. Beberapa kali mencoba membebaskan diri. Namun sia-sia. Gaun putih yang ia kenakan, nampak compang-camping serta kotor bernoda tanah bercampur darah!
"Adiii ... tolong akuu .... Aku ingin keluuaar! Bebaskan akuu, Adiii! Aku jenuh di siniii!" isak Ida merintih.
Tangannya yang terlilit seekor ular phyton, mencoba menggapai ke arah Adi. Meminta bantuan. Namun dengan cepat ular itu mematuk punggung tangannya. Menggigitnya dalam-dalam. Hingga darah mengalir. Membuat jemari Ida menjadi merah. Ida menjerit nyaring! Namun tangannya yang kini berlumuran darah, tetap coba menggapai ke arah Adi.
"Toloong, Adiii! Bebaskan akuuu! Tolooong!" jeritnya tertahan.
Adi terpana, tak tahu mesti berbuat apa.
"A ... apa? Ba ... bagaimana ... aku bisa ... menolongmu ...?" ucapnya bingung.
"Darah, Adiii! Darah akan mengusir ular-ular iniii! Darah akan membebaskankuuu!" seru Ida keras.
"Da ... darah? Darah ... apa? Siapa ...?"
"Siapa sajaaa! Kalau perlu ... darahmuuu!" sahut Ida.
Adi tercekat!
"Da ... darah ... ku? Ta ... tapi ...?"
"Kau masih cinta aku, kaan? Adiii .... Katakan ... bahwa kau masih mencintaikuuu!" suara Ida terdengar menuntut.
"I ... iya. Aku ... masih mencintaimu ..."
"Berkorbanlah untukku, Adiii! Bebaskan aku dengan darahmuuu! Toloong ... aku jenuh di siniii!" Ida mengerang parau.
"Ta ... tapi ...."
"Tak ada tapiii, Adiii! Bebaskan akuuu! Bila kau memang cintaaa! Kasihani kekasihmu ini, Adiii!"
"A ... aku ... aku ...." Adi tergagap kebingungan.
"Tolong akuuu, Adiii! Tolooong!" seruan Ida semakin keras dan parau. Tangannya terus berusaha menggapai Adi. Tangan yang merah berdarah itu, semakin lama semakin memanjang. terus memanjang ... hingga menjangkau wajah Adi!

Minggu, 25 Desember 2016

SUDUT PANDANG ATAU POV (POINT OF VIEW)

Assalamualaikum,

Loha ... loha ... Selamat malam SOBAT CERPEN-KU.
Ketemu lagi dengan Penyu di edisi Vitamin_Malam. Untuk member lama mungkin sudah tahu dengan edisi ini, tapi untuk member baru pasti baru liat, maklum karena mimin jarang masuk dengan edisi ini.
Nah, malam ini Penyu mau membahas tentang Sudut Pandang dalam sebuah cerita. Langsung disimak aja, ya ....

#SUDUT_PANDANG/POV (Point of view)

a. POV orang pertama tunggal
Dalam POV ini, pengarang/penulis berperan sebagai pelaku atau pun narator dalam cerita. Menggunakan kata ganti 'Aku atau Saya'. POV ini dapat dibedakan berdasarkan kedudukan 'Aku' di dalam sebuah cerita.

* 'Aku' Tokoh Utama
Di bagian ini, pengarang/penulis menjadi tokoh utama. Di mana tokoh 'AKU' menjadi narator sekaligus pusat penceritaan. POV ini cocok digunakan untuk cerita yang terbentuk oleh konflik internal (konflik batin) akibat dari pertentangan antara dua keinginan, keyakinan, atau harapan dari tokoh cerita, karena akan leluasa dalam mengungkapkan apa yang dirasakan dan dipikirkan si tokoh.
Contoh :
Sambil bermain aku melirik topi lakenku. Kulihat sebuah kursi roda. Duduk di kursi roda itu, seorang tua yang wajahnya tak bisa kulihat dengan jelas karena memakai topi laken seperti aku. Rambutnya gondrong dan sudah memutih seperti diriku, namun ketuaannya bisa kulihat dari tangannya yang begitu kurus dan kulitnya yang sangat keriput. Tangan itulah yang terangkat dan tiba-tiba menggenggam sebuah gitar listrik yang sangat indah. (Cerpen Ritchie Blackmore Karya Seno Gumira Ajidarma).

* 'Aku' Tokoh Tambahan
Di POV ini penulis sebagai pelaku dalam cerita, tetapi bukan sebagai tokoh utama. Melainkan 'AKU' di sini hanya sebagai saksi. Dia menceritakan kisah atau peristiwa yang dialami tokoh lain yang menjadi tokoh utama dalam cerita.
Contoh :
Tetangga saya orangnya terkenal baik. Suka menolong orang. Selalu memaafkan. Apa saja yang kita lakukan terhadanya, ia dapat mengerti dengan hati yang lapang, bijaksana, dan jiwa yang besar. (Cerpen Pencuri Karya Putu Wijaya).

Jumat, 15 Januari 2016

CARA PENULISAN DIALOG

Oleh: Linda Puspita Sari

1. Dasar penggunaan tanda baca dalam dialog dibuka dan diakhiri dengan tanda petik (” … “).
2. Tanda baca dalam dialog :
~ Untuk dialog sifatnya pertanyaan, gunakan tanda tanya (?).
Contoh :
(a). "Kapan kamu mau bayar?"
~ Untuk dialog deklaratif / pernyataan (menyampaikan fakta atau opini), akhiri dengan tanda koma (,) atau tanda titik (.) tergantung pada lanjutan dialog tersebut.
Contoh :
(b). "Aku harus pulang."
NOTE : Biasanya, setelah atau sebelum dialog ada frase pelengkap seperti (kata Katy), (tukas Mira), (pekik Henry), (Mira berkata) dll.
Frase pelengkap ini disebut dialog tag. Nah, dialog tag ini akan mempengaruhi tanda baca yang digunakan untuk mengawali atau mengakhiri dialog deklaratif (kalimat pernyataan).

Jumat, 08 Januari 2016

- Aku Gembala Bulan -

Karya: Ripki Aripianto
Sepasang bola berbinar rupa bintang itu menatapku sekedip. Aduhai gadis rupawan yang kutemui di penghujung senja tadi, berlalunya ia tinggalkan jejak candu. Diri jadi kepayang akan bayangnya yang memakai baju biru, pun helai tiara hitamnya kemerahan panjang terurai, kian indah bersama bandana menghias pesonanya nan lugu. Tak ayal lagi ia akan masuk dalam mimpiku, dan niscaya hariku esok jua lusa turut syahdu, pikirku.
"Sungguh, apa yang kau lamunkan, Nak?" tanya ibu menggelitik indria dengar dan angan awal malam ini.

Si Pengumpul Batu Kali


Oleh : Linda Puspita Sari
"Seret nenek itu ke kantor polisi!" perintah Pak Lurah kepada ajudannya.
Dua lelaki berbadan kekar yang mengenakan baju serba hitam, dengan sigap manarik paksa tangan Mbah Darmi, si pengumpul batu kali.
Puluhan warga Desa Kedondong, berkumpul di depan rumah janda tua berumur 80 tahun. Hanya satu dua orang saja yang membela Mbah Darmi. Menghalangi jalan para ajudan, tapi justru pukulan keras di bagian perut yang mereka dapatkan. Sementara yang lain bersorak memberi dukungan pada lurah yang buta hati.
***

Misteri Noni Belanda Bunting

Karya: Achenk Mangkoerondo Limo

Di ujung kampung wong edan, berdiri sebuah rumah tua tanpa penghuni. Konon (jangan dibalik), rumah tua itu dulu pernah dihuni oleh Noni belanda, seorang diri. Menurut sumber yang saya dengar, Noni belanda itu dulunya bunga desa di sini. Kulitnya putih bersih, wajahnya ayu tiada tanding, rambutnya pirang bergelombang sepunggung, bola matanya sebiru lautan dan dia punya body semlohay icik icik e'hm. Karena kecantikannya yang sungguh menggoda mata lelaki normal, Noni belanda pernah diperkosa oleh kawanan lelaki tak dikenal. Hingga akhirnya Noni belanda hamil dan saat usia kehamilannya menginjak 8 bulan, Noni belanda tak pernah terlihat lagi di rumahnya. Banyak versi cerita berbeda tentang hilangnya, Noni belanda tanpa pamit. Ada yang bilang, "Dia meninggal karena kecelakaan becak, saat hendak mudik ke kampung halamannya." Ada lagi yang bilang, "Dia bunuh diri dengan menyebur ke dalam sumur." Entah yang mana, yang benar. Tapi banyak sumber yang mengatakan, "Dia meninggal karena tidak hidup."

Rabu, 23 Desember 2015

MENULIS ARTIKEL DI KORAN

Oleh: Achmad Solihin

Dulu setelah lulus kuliah, aku sempat bingung mau bekerja apa. Berlembar-lembar surat lamaran sudah kukirim ke berbagai perusahaan namun tak satupun mendapatkan balasan memuaskan. Akhirnya daripada menunggu terus di dalam ketidakpastian, seperti "Waiting for Godot" an sich, iseng-iseng kucoba menulis beberapa artikel lalu mengirimkannya ke koran-koran lokal dan nasional via kantor pos.

Minggu, 20 September 2015

TINKERBELL Karya: MJ Tinx

a



TINKERBELL
Mentari baru saja nampak, tapi Emak Musiyem dan Ayah Budy sudah rapi dan wangi. Tercium aromanya seperti bunga kantil di taman depan rumah. Emak Musiyem terlihat cantik sekali, bak seorang Dewi Nawang Wulan dari sebuah kerajaan. Baju batik pink, selendang putih membalut tubuhnya yang langsing dan tinggi semampai. Pokoknya top banget, kaya model yang sudah ‘go internasional’. Ayah Budy pun tak mau ketinggalan. Beliau memakai jas hitam variasi batik, celana panjang hitam dan sepatu fantofel yang mengkilap. Hingga membuat silau saat aku melihatnya. “Awww ….”
“Widihhh …! Mau ke mana, nih?! Kok sudah rapi bener, Mak, Yah?” tanyaku sembari mengelap keringat dengan handuk kecil.

Sabtu, 19 September 2015

PUISI - PUISI SASTRA DEWITA


MISTERI KATA YANG MEMBUNUH RASA
Tikam aku dengan kata madu yang kau lelehkan pada kelopak bunga yang terserak rekah di hamparan padang itu
Saat gelombang sudah tenang dan riak sudahlah diam pada pusarannya
Tapi kau golakkan tepuk buih hingga kembali riuh terundang
Tak tahukah kau ada bilur luka yang acapkali melepuh dan terkoyak lalu kusulam kembali dalam jelujur maaf
Hanya seringkali kuselubungi dalam diam
biarlah serupa misteri bagimu
Karena kuingin telaga ini tetap indah hingga senja kelak menerbitkan malam
Lalu mengatupkan matanya dalam misteri alam
Misteri yang kini menautkan kita dalam satu babak cerita kehidupan
Tapi entahlah ....
Senyatanya teramat sering aku mati saat kata telah acapkali menjadi sebuah belati.
Bumi Andalas,
Nk.2015
Top of Form